TUGAS
INDIVIDU
KAJIAN
PROSA
Dr.
A. Totok Priyadi
UNSUR-UNSUR
YANG MEMBANGUN KARYA SASTRA (PROSA)
Oleh.
ANGGRAYNIE
F11412025

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
UNIVERSITAS TANJUNG PURA
PONTIANAK
2012
Unsur-Unsur Pembangunan Karya Sastra
A. Pengantar
Materi unsur-unsur pembangunan karya sastra merupakan salah
satu materi yang sangat berguna bagi kita karena di dalamnya membicarakan
tentang struktur karya sastra sebagai sebuah karya fisik yang tentu saja
terdiri atas beberapa hal yang harus saling berkaitan. Struktur pembangunan
karya fisik tersebut terdiri atas (1) struktur luar atau yang dikenal dengan
ekstrinsik, dan (2) struktur dalam atau yang lebihh populer disebut sebagai
struktur instrinsik.
Struktur luar adalah segala macam unsure yang berada di luar
karya sastra, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi cerita yang disajikan,
misalnya faktor sosial politik, ekonomi dan kepengarangan, serta tata nilai
yang dianut suatu masyarakat. Sementara itu, yang dimaksud dengan struktur
dalam adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra itu sendiri, baik pada
prosa, puisi, maupun drama.
Kedua struktur tersebut, baik struktur luar maupun struktur
dalam, seperti penulis sebutkan tadi, merupakan unsur atau bagian yang secara
fungsional saling berkaitan. Artinya, tidak ada satu unsur yang lebih penting
kehadirannya dibandingkan dengan unsur lain atau tidak ada unsur yang
kehadirannya hanya sebagai pelengkap saja. Satu hal yang mesti kita pahami
adalah bahwa struktur yang ada dalam karya sastra haruslah dipandang dari satu
sudut pandang tertentu. Struktur ekstrinsik , misalnya dianggap sebagai bagian
dari struktur yang membangun sebuah karya fiksi bila struktur tersebut kita
anggap mampu memberikan pengaruh terhadap keseluruhan struktur fiksi tersebut,
terutama jika sebuah karya sastra yang sedang kita bahas dianggap sebagai
mimesis atau cermin kehidupan. Dengan kata lain, struktur ekstrinsik dapat
dibicarakan ketika memang sedang dikaitkan dengan karya sastra tertentu. Cerita
pendek (cerpen) Robohnya Suami Kami, misalnya memiliki peran moral yang tinggi
yang dilatarbelakangi falsafah hidup pengarangnya, yakni A.A Navis yang memang
sangat religious. Selain itu, cerpen tersebut juga sangat kental dengan
sosiokulutural Minangkabau yang menjadi latar belakang ceritanya.
Struktur ekstrinsik ini pada dasarnya merupakan pembahasan
terhadap segi-segi yang menyangkut segala aspek kehidupan yang ditampilkan
dalam karya sastra, pembahsannya pun akan terbatas pada struktur karya sastra
secara umum. Hal ini berbeda dengan unsur instrinsik yang karena sifatnya
berada dalam suatu karya sastra, pembahsannya dapat dilakukan secara lebih
khusus. Untuk lebih jelasnya, pembahasan berikut ini akan menyajikan
unsure-unsur pembangunan karya sastra yang berasal dari dalam karya sastra itu
sendiri.
B. Unsur Intrinsik Prosa
Sebuah karya sastra berbentuk prosa
dapat berupa novel, roman, novelet, cerpen dan beberapa istilah lain, yang
pasti berisi sebuah cerita tentang kehidupan, khusus untuk anak-anak biasa
dikelompokkan ke dalam cerita anak-anak. Sebuah karya prosa dibangun oleh
unsure-unsur yang saling mendukung, yaitu tokoh, tema, alur, latar, gaya, dan
pusat pengisahan. Secara garis besar, berikut ini adalah uraian tentang
unsur-unsur karya prosa.
Adapun
unsur intrinsik prosa terdiri atas sebagai berikut.
1)
Tema, yaitu suatu yang menjadi pokok masalah atau persoalan sebagai bahan
karangan, yang diungkapkan dalam suatu cerita oleh pengarang. Tema prosa fiksi
terutama novel dapat terdiri dari tema utama serta beberapa tema bawahan.
Sedangkan untuk cerpen (cerita pendek) hanya memiliki tema utama saja.
Untuk
dapat menentukan tema suatu cerita kita dapat menempuh dengan jalan bertanya
sebagai berikut.
a.
Mengapa pengarang menulis cerita tersebut?
b.
Apa tujuan pengarang menulis cerita tersebut?
c.
Faktor apa yang menyebabkan atau menjadikan suatu karangan bermutu dan
berharga?
2)
Amanat, yaitu pesan-pesan yang disampaikan oleh si pengarang melalui cerita
yang digubahnya. Si pengarang menyampaikan amanatnya dengan dua cara, yaitu:
a.
secara eksplisit (terang-terangan): pembaca dengan mudah menemukannya; dan
b.
secara implisit (tersirat/tersembunyi): untuk menemukan amanat dalam hal ini,
pembaca agak sukar menemukannya, terlebih dulu pembaca hendaknya membaca secara
keseluruhan isi cerita tersebut.
3)
Alur/plot, yaitu urutan atau kronologi peristiwa yang dilukiskan pengarang
dalam suatu cerita rekaan, terjalin satu dengan yang lainnya. Alur dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
A.
Alur umum, tahap-tahapannya adalah sebagai berikut.
a)
Eksposisi (Perkenalan/Pengantar)
Eksposisi adalah
proses penggarapan serta memperkenalkan informasi penting kepada para pembaca.
Melalui eksposisi, seorang pengarang mulai melukiskan atau memaparkan suatu
keadaan, baik keadaan alam maupun tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita
tersebut, serta informasi-informasi yang akan diberikan pengarang kepada
pembaca melalui uraian eksposisi tersebut.
b)
Komplikasi (Penampilan Masalah)
Komplikasi
adalah adanya masalah yang terjadi di antara para tokoh, baik tokoh dengan
tokoh, tokoh dengan tempat, maupun tokoh dengan suasana yang terdapat dalam
cerita rekaan.
c)
Klimaks (Puncak Ketegangan)
Klimaks adalah
suatu permasalahan yang telah mencapai pada puncaknya (meruncing).
d)
Antiklimaks (Ketegangan Menurun/peleraian)
Antiklimaks
adalah suatu peristiwa yang ditandai dengan menurunnya tingkat permasalahan
yang terjadi pada tokoh.
e)
Resolusi (Penyelesaian)
Resolusi adalah
kejadian akhir yang merupakan penyelesaian permasalahan di atara para tokoh
cerita.
B.
Berdasarkan cara menyusun tahapan-tahapan alur, maka dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu sebagai berikut.
a)
Alur Lurus (Alur Maju/Alur Agresif), yaitu rangkaian cerita dikisahkan dari
awal hingga cerita berakhir tanpa mengulang kejadian yang telah lampau.
b)
Alur Sorot Balik (Alur Mundur/Alur Regresif/Flash Back), yaitu kebalikan
dari alur lurus. Rangkaian ceritanya mengisahkan kembali tokoh pada waktu
lampau.
c)
Alur Campuran, yaitu gabungan antara alur maju dan alur sorot balik.
C.
Berdasarkan hubungan tahapan-tahapan dalam alurnya, maka dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a)
Alur Rapat, yaitu alur yang terbentuk apabila alur
pembantu mendukung alur pokoknya.
b)
Alur Renggang, yaitu sebaliknya, alur yang terbentuk apabila alur pokok tidak
didukung oleh alur pembantu.
D.
Berdasarkan kuantitasnya, maka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
a) Alur
tunggal, yaitu alur yang hanya terjadi pada sebuah cerita yang memiliki satu
jalan cerita saja, biasanya terjadi pada cerpen.
b)
Alur ganda, yaitu alur yang terjadi pada sebuah cerita
yang memiliki jalan cerita lebih dari satu, biasanya ada pada novel.
4)
Tokoh, yaitu pelaku di dalam cerita dan mengambil peranan dalam setiap
insiden-insiden. Tokoh terdiri atas sebagai berikut.
a)
Tokoh Protagonis (Tokoh Utama/Tokoh Sentral), yaitu tokoh yang paling berperan
dalam cerita dan umumnya bersifat baik.
b)
Tokoh Antagonis (Lawan Peran Utama), yaitu tokoh yang menentang tokoh
protagonis, umumnya memiliki sifat yang jahat.
c)
Tokoh Komplementer (Pembantu), yaitu tokoh sampingan yang berperan sebagai
pembantu tokoh protagonis dan antagonis.
5)
Penokohan (Perwatakan), yaitu watak atau karakter dari para tokoh di dalam
cerita. Adapun jenis penggambaran watak tokoh dapat dilakukan dengan tiga
metode, yaitu:
a)
Metode analitik, yaitu pemaparan secara langsung (eksplisit) watak atau
karakter para tokoh dalam cerita, seperti; penyayang, penyabar, keras kepala,
baik hati, pemarah, dan lain sebagainya.
b)
Metode dramatik, yaitu metode
penokohan yang dipergunakan pencerita dengan membiarkan para tokohnya untuk
menyatakan diri mereka sendiri lewat kata-kata, dan perbuatan mereka sendiri,
misalnya lewat dialog, jalan pikiran tokoh, perasaan tokoh, perbuatan, sikap
tokoh, lukisan fisik, dan sebagainya.
c) Metode kontekstual, yaitu cara menyatakan watak tokoh
melalui konteks verbal yang mengelilinginya. Jelasnya, melukiskan watak tokoh
dengan jalan memberikan lingkungan yang mengelilingi tokoh, misalnya: kamarnya,
rumahnya, tempat kerjanya, atau tempat di mana tokoh berada.
Watak
tokoh terdiri dari sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Penokohan dapat
dilakukan melalui dimensi (a) fisik, (b) psikis, dan (c) sosial.
6) Latar
(setting), yaitu mengenai lingkungan (tempat/lokasi, waktu, dan suasana)
terjadinya suatu peristiwa di dalam cerita.
-
Tempat : umpamanya di rumah sakit, daerah wisata,
di daerah
transmigran,
di kantor, di kamar tidur, di halaman,
dan lain sebagainya.
-
Waktu : tahun, musim, masa perang,
suatu upacara, masa
panen, periode sejarah, dan sebagainya.
-
Suasana : aman, damai, gawat, bergembira,
berduka/
berkabung, kacau, galau, dan sebagainya.
7)
Sudut pandang (point of view), yaitu status atau kedudukan si pengarang
dalam cerita. Ada empat macam sudut pandang, antara lain:
a)
pengarang sebagai orang pertama sebagai pelaku utama (pengarang = aku);
b)
pengarang sebagai orang pertama sebagai pelaku sampingan;
c)
pengarang berada di luar cerita sebagai orang ketiga; dan
d)
kombinasi atau campuran, kadang-kadang di dalam dan kadang-kadang di luar
cerita.
8)
Gaya Bahasa (Majas) disebut juga “langgam, corak, bentuk, atau style bahasa”
yaitu cara yang digunakan oleh si pengarang untuk mengungkapkan maksud dan dan
tujuannya baik dalam bentuk kata, kelompok kata, atau kalimat. Jadi, gaya
bahasa atau majas meliputi; kata, frasa atau kelompok kata, kalimat (struktur)
biasa/majas. Gaya bahasa atau majas adalah ibarat kendaraaan bagi seseorang
pengarang yang akan membawanya kemana arah tujuan yang ingin ditujunya. Gaya
bahasa atau majas merupakan faktor dominan dalam karya prosa fiksi.
Unsur Ekstrinsik
Karya Sastra
Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari luar aspek sastra, yang ikut
membangun penyusunan suatu karya sastra.
Unsur-unsur luar
ini meliputi:
1.
Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi);
2.
Latar belakang kehidupan pengarang; dan
3.
Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro,
Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada 10
University Press.
Santosa,
Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Sukada,
Made. 1987. Beberapa Aspek tentang Sastra. Denpasar: Penerbit Kayumas
& Yayasan Ilmu dan Seni Lesiba.
Tim
Penyusun. 1994. Penataan, Penitian dan Pembinaan Apresiasi Sastra.
Sebuah naskah berupa essai SMP Negeri 1 Manggis.
Pratiwi,
yosi. 2013. artikel tentang unsure-unsur pembangunan karya sastra. http://yosipratiwi.blogspot.com/2013/01/artikel-tentang-unsur-unsur-pembangun.html,
diunduh tanggal 31 september 2013 pukul 19.00
1 komentar:
Top post
Posting Komentar