KATA PENGANTAR
Puji syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan makalah kritik sastra tentang Analisis Novel Merantau ke Deli Menggunakan Pendekatan Strukturalisme.
Dalam makalah ini, penulis
mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Sesilia Seli, M.pd., selaku dosen
pengampuh mata kuliah Kritik Sastra yang telah
memberikan kesempatan dan memberi pengetahuan sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis
ucapkan terimakasih.
Pontianak, 24 Juni 2015
Penulis
Anggraynie
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................
i
DAFTAR ISI........................................................................................................
ii
BAB I....................................................................................................................
1
BAB II..................................................................................................................
3
A.
Kajian Pustaka...........................................................................................
3
B.
Pendekatan strukturalisme........................................................................
5
BAB III.................................................................................................................
8
A.
Analisis Tokoh
dan Penokohan ................................................................ 8
B.
Analisis Alur
atau Plot .............................................................................
C.
Analisis Setting
atau Latar.............................................................................
D.
Analisis Amanat
.......................................................................................
BAB IV................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 11
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara etimologis sastra atau
sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar Cas atau sas dan –tra. Cas dalam bentuk
kata kerja yang diturunkan memiliki arti mengarahkan, mengajar, memberikan
suatu petunjuk ataupun intruksi.
Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa sastra Indonesia ialah sastra berbahasa Indonesia, sedangkan hasilnya
adalah sekian banyak puisi, cerita pendek, novel, roman, dan naskah drama
berbahasa Indonesia. Akan tetapi definisi yang singkat dan sederhana itu
didebat dengan pendapat yang mengatakan bawa sastra Indonesia adalah
keseluruhan sastra yang berkembang di Indonesia selama ini.
Sastra juga dapat dikatakan
menghibur dengan cara menyajkan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan
(kematian, kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke
dunia imajinasi seperti novel. Novel
umumnya terdiri dari sejumlah bab yang masing-masing berisi cerita yang
berbeda. Sastra tidak terlepas dari kritik. Beberapa pendekatan
dalam kritik sastra adalah pendekatan Pendekatan struktural
merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada
unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut
meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar
belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar
karya sastra (Satoto, 1993: 32). Pendekatan struktural mencoba menguraikan
keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan
struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135).
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan struktural adalah suatu
pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur
struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau
keterkaiatan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah tokoh dan penokohan dalam
novel Merantau ke Delli karya Hamka?
2.
Bagaimanakah
alur atau plot
yang terkandung dalam novel merantau ke delli karya hamka?
3.
Bagaimanakah setting atau latar yang
terdapat dalam novel merantau ke delli karya hamka?
4.
Bagaimana amanat yang terkandung dalam
novel merantsu ke delli karya hamka?
C.
Tujuan
1.
Pendeskripsian tokoh dan
penokohan dalam novel Merantau ke Delli karya Hamka
2.
Pendeskripsian alur atau plot
yang terkandung dalam novel merantau ke delli karya hamka
3.
Pendeskripsian setting atau
latar yang terdapat dalam novel merantau ke delli karya hamka
4.
Pendeskripsian amanat yang terkandung
dalam novel merantsu ke delli karya hamka
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Ada beberapa kajian
pustaka yang harus dipahami terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekataan Strukturalisme
Pendekatan
struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur
yang membangun karya sastra
dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom
dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala
hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32).
2. Tokoh dan Penokohan
Pendefinisian
istilah tokoh, penokohan dan perwatakan banyak diberikan oleh para ahli,
berikut ini beberapa definisi tersebut:
a.
Penokohan adalah bagaimana pengarang
menampilkana tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut,
ini berarti ada dua hal penting, yang pertama berhubungan dengan teknik
penyampaian sedangkan yang kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian
tokot-tokoh tersebut (Suroto, 1989: 92-93).
b.
Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada
sifat dan sikap para tokoh seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk
pada kualitas peribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2000: 165).
c.
Menurut Hasim dalam (Fanani, 1997: 5) bahwa
penokohan adalah cara pengarang untuk menampilkan watak para tokoh di dalam
sebuah cerita karena tanpa adanya tokoh, sebuah cerita tidak akan terbentuk.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tokoh merupakan
pelaku pada cerita, sedangkan penokohan adalah sifat atau watak pelaku dalam
memerankan aksinya dalam cerita tersebut.
Untuk
mengenal watak tokoh dan penciptaan citra tokoh terdapat beberapa cara, yaitu:
a.
Melalui apa yang diperbuat oleh tokoh dan
tindakan-tindakannya, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi
kritis.
b.
Melalui ucapan-ucapan yang dilontarkan yokoh.
c.
Melalui penggambaran fisik tokoh. Penggambaran
bentuk tubuh, wajah dan cara berpakaian, dari sini dapat ditarik sebuah
pendiskripsian penulis tentang tokoh cerita.
d.
Melalui jalan pikirannya, terutama untuk
mengetahui alasan-alasan tindakannya.
e.
Melalui penerangan langsung dari penulis
tentyang watak tokoh ceritanya. Hal itu tentu berbeda dengan cara tidak
langsung yang mengungkap watak tokoh lewat perbuatan, ucapan, atau menurut
jalan pikirannya (Sumardja, 1997: 65-66).
3.
Alur
(plot)
Alur atau plot adalah struktur rangkaian
kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interrelasi fungsional yang
sekaligus menandai urutan bagian-bagian dlam keseluruhan karya fiksi. Atar Semi
(1993: 43).
Estern Mursal (1990: 26) merumuskan bahwa
alur bisa bermacam-macam, seperti berikut ini:
a.
Alur maju (konvensional
Progresif ) adalah teknik pengaluran dimana jalan peristriwanta dimulai dari melukiskan keadaan hingga
penyelesaian.
b.
Alur mundur (Flash
back, sorot balik, regresif),
adalah teknik pengaluran dan menetapkan peristiwa dimulai dari penyelesaian
kemudian ke titik puncak sampai melukiskan keeadaan.
c.
Alur tarik balik (back tracking), yaitu teknik pengaluran di mana jalan cerita
peristiwanya tetap maju, hanya pada tahap-tahap tertentu peristiwa ditarik ke
belakang (1990: 26)
4.
Latar
(setting)
Lartar atau setting
adalah sesuiatu yang menggambarkan situasi atau keadaan dalam penceriteraan.
Panuti Sudjiman mengatakan bahawa latar adalah segala keterangan, petunjut,
pengacuan yang berkaiatan dengan waktu, ruang dan suasana (1992: 46). Latar
atau setting tidak hanya menyaran pada tempat, hubungan waktu maupun juga
menyaran pada lingkungan sosial yang berwujud tatacara, adat istiadat dan
nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan.
a.
Latar
tempat
Latar tempat
menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Latar tempat berupa tempat-tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata
ataupun tempat-tempat tertentu yang tidak disebut dengan jelas tetapi pembaca
harus memperkirakan sendiri. Latar tempat tanpa nama biasanya hanya berupa
penyebutan jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu misalnya desa, sungai,
jalan dan sebagainya. Dalam karya fiksi latar tempat bisa meliputi berbagai
lokasi.
b. Latar waktu
Latar waktu menyaran
pada kapan terjadinyaperistiwa-peristiwa yangdiceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual,
waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan sejarah. Pengetahuan dan
persepsi pembaca terhadap sejarah itu sangat diperlukan agar pembaca dapat
masuk dalam suasana cerita.
c. Latar sosial
Latar sosial
menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalan karya fiksi. Perilaku itu
dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, pandangan hidup, pola
pikir dan bersikap. Penandaan latar sosial dapat dilihat dari penggunaan bahasa
daerah dan penamaan terhadap diri tokoh.
5. Amanat
Amanat berasal dari kata significance, yang berurusan dengan
makna, yaitu sesuatu yang kias, umun dan subjektif, sehingga harus dilakukan
penafsiran. Melalui penafsiran itulah yang memungkinkan adanya perbedaan
pendapat (Juhl dalam Teeuw, 1984: 27). Baik pengertian tentang “arti” maupun
“makna” keduanya memiliki fungsi yang sama sebagai penyampai gagasan atau ide
kepengarangan.
BAB III
ANALISIS
1.
Analisis
tokoh dan penokohan novel merantau ke delli karya hamka
a.
Poniem
Dalam novel ini, Poniem digambarkan memiliki banyak karakter oleh penulis
karena posisinya sebagai tokoh sentral.
adapun watak poniem dalam novel merantau ke deli sebagai berikut.
adapun watak poniem dalam novel merantau ke deli sebagai berikut.
1)
Pemaaf
Poniem memiliki jiwa pemaaf, hal ini
dapat dibuktikan pada kutipan akhir cerita: “Ketika
Poniem dan Suyono sudah pindah ke rumah baru, Leman datang untuk meminta maaf
kepada Poniem atas segala kesalahannya. Dengan besar hati Poniem memaafkan
Leman.”
2)
Murahan
Dalam novel merantau ke deli, poniem digambarkan sebagai perempuan murahan karna menjadi simpanan. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kutipan dialog sebagai berikut.
Dalam novel merantau ke deli, poniem digambarkan sebagai perempuan murahan karna menjadi simpanan. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kutipan dialog sebagai berikut.
a)
“Benar Abang, saya
bergaul dengan dia diluar nikah, tetapi hidup saya aman sentausa dengan dia”.
b)
“Tentu saya tidak
akan dapat hidup beruntung lagi, saya terpaksa.... ah, saya terpaksa menjadi
perempuan lacur..... ...”. Poniem mengatakan kepada Leman bahwa dia terpaksa
menjadi pelacur karena terlanjur terjerumus.
3)
Keras Kepala
“Patut saya katakan begitu, karena Abang berbicara
main-main”. Leman mencoba untuk membujuk Poniem agar Poniem mau menikah dengan
Leman. Namun Poniem masih belum yakin dengan niat baik Leman. “Bagaimana
Abang begitu lekas mempercayai saya, dan terburu-buru mengajak saya kawin,
padahal belum Abang kenal betul peragai dan kelakuan saya”. Poniem masih belum
percaya jika Leman ingin menikahinya. Poniem tetap bersikukuh bahwa semua
laki-laki selalu membawa sengsara bagi kuli perempuan seperti dirinya.
4)
Baik Hati
a) “Bukan main baik hatinya perempuan Jawa itu, pamili kita
yang datang berlindung kepadanya jarang sekali yang terlantar atau pulang
dengan tangan hampa”. Poniem sedah termashur namanya di kampung. Dia selalu
membantu sanak saudaranya. Poniem juga tak segan untuk memberikan modal
berdagang kepada sanak saudaranya. Semua orang mengenalnya sebagai perempuan
Jawa yang baik hati.
b)
Suat hari datanglah
seorang bekas kuli yang kelaparan ke kedai Leman dan Poniem. Kuli itu ingin
melamar pekerjaan di kedai Leman. Sudah banyak kedai yang menolaknya, padahal
dia juga butuh makan. Melihat kuli itu Poniem menjadi iba dan memperbolehkannya
bekerja di kedainya.
b.
Leman
Leman merupakan suami Poniem, watak
Leman dalam novel ini sebagai berikut.
1) Tegas
a)
“Kalau saya yang
meminta jadi isteriku, kalau saya ajak engkau ke luar dari kebun ini, karena
kontrakmu hanya tinggal sebulan lagi. Kalau saya suruh
engkau meninggalkan mandur besar, lalu kita lari ke tempat lain di tanah Deli
ini, kita kawin dengan baik ; akan engkau tolak juga kah?”. Leman telah menyamampaikan
niat baiknya kepada Poniem untuk menikahi Poniem. Leman akan menikahi Poniem
dan mengajak Poniem untuk meninggalkan kebun.
b)
“Oh Poniem, saya tak
mau begitu, saya mau kawin, saya berjanji sepenuh bumi dan langit akan
memeliharamu akan membelamu. Tidaklah saya mengharapkan harta bendamu,
melainkan mengharapkan dirimu. Sungguh Poniem, saya bukan seorang penipu!”.
Poniem mengusulkan kepada Leman agar mereka tetap bersama dan berhubungan,
namun mereka tidak menikah. Leman tidak menyutujui usulan Poniem.
2) Bijaksana
“Kau jangan terlalu menghina diri Poniem, semua makhluk
bernyawa di dunia ini, sama pada sisi Allah”. Poniem merasa bahwa dirinya
rendah. Dia tidak pantas bersanding dengan Leman yang berasal dari Padang.
Leman menasehati Poniem jika semua makhluk di dunia ini sama di mata Allah.
3) Jujur
“Tidak Poniem, barang dicelakakan Allah untukku kalau
saya berbicara main-main”. Leman benar-benar yakin untuk menikahi Poniem. Laman
sampai bersumpah atas nama Tuhan bahwa dia serius.
4) Tanggung Jawab
“Demi Allah saya akan melindungi engkau Poniem! Dan
biarlah Allah akan memberikan hukuman yang setimpal kepada saya, kalau saya
mungkir”. Leman berjanji akan melindungi Poniem. Bahkan Leman bersumpah atas
nama Tuhan.
“Kerja laki-laki mencarikan buat dia, membuatkan rumah, memberikan tambahan sawah ladangnya”.
“Kerja laki-laki mencarikan buat dia, membuatkan rumah, memberikan tambahan sawah ladangnya”.
5) Pemarah
“Barangkali sakit dibuat-buat, karena hendak memberi malu
Mariatun”. Leman marah kepada Poniem. Leman menuduh poniem sengaja
mempermalukan Mariatun di depan Leman.
c. Suyono
Suyono mempunyai nasib yang sama dengan Poniem. Suyono menjadi kuli di kebun. Ketika masa kontrak Suyono sudah habis, dia melamar pekerjaan di kedai Leman. Leman meminta pertimbangan Poniem untuk mempekerjakan Suyono di kedai. Dengan kebaikan hati Poniem, Suyono bisa bekerja di kedai.
Pada akhirnya Suyono menjadi suami Poniem. Watak Suyono dalam novel merantau ke deli sebagai berikut.
Suyono mempunyai nasib yang sama dengan Poniem. Suyono menjadi kuli di kebun. Ketika masa kontrak Suyono sudah habis, dia melamar pekerjaan di kedai Leman. Leman meminta pertimbangan Poniem untuk mempekerjakan Suyono di kedai. Dengan kebaikan hati Poniem, Suyono bisa bekerja di kedai.
Pada akhirnya Suyono menjadi suami Poniem. Watak Suyono dalam novel merantau ke deli sebagai berikut.
1) Ramah
“Sikapnya ramah tamah kepada pembeli, apalagi terhadap
kuli yang sebangsanya”. Suyono selalu baik kepada semua orang, terutama kepada
kuli seperti dirinya. Dia selalu mematuhi perintah Leman dan Poniem sehingga
beberapa bulan kemudian Suyono tidak hanya menjadi tukang cuci
piring, tetapi sudah ikut berdagang bersama Leman dan Poniem.
2) Setia
a)
“Bekas kuli kontrak
yang setia itu diam saja”. Leman tidak percaya bahwa
perdagangannya sedang sepi. Dia membuka-buka kotak yang ditaruh dia atas
lemari. Leman kesal karena kotak itu kosong. Suyono hanya diam melihat tingkah
majikannya itu.
b)
“..., yang
membelanya waktu terjadi hal yang kusut, ialah Suyono orang gajian yang setia
itu”. Setelah mengetahuo penyebab mengapa perdagangannya sepi, Leman akhirnya
menyerahkan kedainya kepada Suyono. Sukses atau tidaknya kedai Leman sekarang
menjadi tanggung jawab Suyono.
d.
Mariatun
Mariatun merupakan
istri kedua Leman yang berasal dari Minangkabau. Mariatun memiliki watak
sebagai berikut.
1)
Pemalas
“Dia tidur di loteng, bangunnya tinggi hari, turunnya dari tangga loteng itu dilambat-lambatkannya kakiknya, ....” Poniem dan Mariatun akhirnya tinggal dalam satu rumah juga. Semakin lama sifat Mariatun semakin terlihat. Mariatun seorang yang pemalas. Kerjanya hanya memerintah dan berdandan.
“Dia tidur di loteng, bangunnya tinggi hari, turunnya dari tangga loteng itu dilambat-lambatkannya kakiknya, ....” Poniem dan Mariatun akhirnya tinggal dalam satu rumah juga. Semakin lama sifat Mariatun semakin terlihat. Mariatun seorang yang pemalas. Kerjanya hanya memerintah dan berdandan.
2)
Kasar
“Dengan perkataan agak kasar dijawabnya : “Orang yang enak masakannya sakit kepala” Leman makan siang dengan masakan Mariatun. Namun rasa masakan Mariatun tidak enak. Dengan kasar Leman memprotes Mariatun.
“Mariatun, mengapa sudah sampai ke sana kasarnya perkataanmu?”. Mariatun sudah keterlaluan. Dia berlaku seenaknya saja di rumah. Bahkan dengan tega dia menghina Poniem.
“Dengan perkataan agak kasar dijawabnya : “Orang yang enak masakannya sakit kepala” Leman makan siang dengan masakan Mariatun. Namun rasa masakan Mariatun tidak enak. Dengan kasar Leman memprotes Mariatun.
“Mariatun, mengapa sudah sampai ke sana kasarnya perkataanmu?”. Mariatun sudah keterlaluan. Dia berlaku seenaknya saja di rumah. Bahkan dengan tega dia menghina Poniem.
2.
Analisis
alur atau plot yang terkandung dalam novel merantau ke delli karya hamka
Alur yang digunakan pengarang dalam novel ini
adalah alur maju. Alur maju yang
menceritakan perjuangan tokoh Poinem keluar dari hidup sebagai kuli sekaligus
pelacur. Setelah menikah dengan Leman orang Minangkabau, hidupnya menjadi
sejahtera. Namun belum lama usia pernikahan mereka, Leman
berniat menikah lagi dengan Mariatun.
Awalnya Poniem menerima dipoligami, namun kelancangan
sikap Mariatun menyebabkan Poniem dan Leman bercerai. Poniem
pergi meninggalkan rumah.
Mengetahui Poniem akan pergi dari rumah, Suyono langsung
mengemasi pakaiannya dan meminta berhenti bekerja pada Leman. Suyono ingin
mengikuti kemana pun Poniem pergi.
Tiga tahun kemudian, Poniem dan Suyono menikah, mereka mengangkat anak asuh yang bernama Maryam. Poniem dan Suyono membeli rumah di tanah Deli. Sedangkan Leman dan Mariatun menjadi miskin. Sikap tamak Mariatun telah menghabiskan seluruh harta Leman. Ketika Poniem dan Suyono sudah pindah ke rumah baru, Leman datang untuk meminta maaf kepada Poniem atas segala kesalahannya. Dengan besar hati Poniem memaafkan Leman.
Tiga tahun kemudian, Poniem dan Suyono menikah, mereka mengangkat anak asuh yang bernama Maryam. Poniem dan Suyono membeli rumah di tanah Deli. Sedangkan Leman dan Mariatun menjadi miskin. Sikap tamak Mariatun telah menghabiskan seluruh harta Leman. Ketika Poniem dan Suyono sudah pindah ke rumah baru, Leman datang untuk meminta maaf kepada Poniem atas segala kesalahannya. Dengan besar hati Poniem memaafkan Leman.
3.
Analisis
setting atau latar yang terdapat dalam novel merantau ke delli karya hamka
a.
Latar tempat
1)
Tanah Deli
“Mereka ditipu, dikatakan bahwa pekerjaan di Tanah Deli
itu amat senang, ... “.
2)
Tanjung Priok
“Rupanya setelah sampai di Tanjung Priok barulah saya
tahu bahwa suami saya itu bukanlah seseorang baik-baik”. Poniem diajak menikah
oleh laki-laki yang mengaku nantinya Poniem akan dibawa meranntau ke Deli.
Orang tua Poniem diiming-imingi uang diawal pertemuan mereka dengan laki-laki
yang akan memperistri Poniem
3)
Medan
“Tiap-tiap bulan tua, dia sendiri yang pergi ke Medan membeli barang-barang baru, ...”.
“Tiap-tiap bulan tua, dia sendiri yang pergi ke Medan membeli barang-barang baru, ...”.
Para saudagar besar sangat percaya kepada Leman. Para
pedagang itu selalu memberikan dagangan mereka kepada Leman untuk dijual.
“Kepada induk semang di Medan telah dikatakan terus
terang bahwa pangkal bulan yang sekali ini mereka tidak akan setor”. Poniem dan
Leman menyiapkan uang untuk pulang ke kampung halaman. Mereka sudah menentukan hari
keberangkatan mereka.
4)
Minangkabau
“Rumah-rmah di Minangkabau tidak tersedia untuk saudara laki-laki yang hendak membawa isterinya tingal di sana” Leman dan Poniem sebenarnya ingin tinggal di kampung halaman selama sebulan atau dua bulan. Namun baru setengah bulan mereka sudah tidak nyaman. Saudara-saudara perempuan Leman tinggal bersama suami mereka di kamar masing-masing. Rumah-rumah kampung halaman Leman tidak menyediakan kamar bagi saudara laki-laki yang membawa istrinya. Sedangkan Poniem harus tinggal di mana selama mereka ada di kampung halaman Leman.
“Rumah-rmah di Minangkabau tidak tersedia untuk saudara laki-laki yang hendak membawa isterinya tingal di sana” Leman dan Poniem sebenarnya ingin tinggal di kampung halaman selama sebulan atau dua bulan. Namun baru setengah bulan mereka sudah tidak nyaman. Saudara-saudara perempuan Leman tinggal bersama suami mereka di kamar masing-masing. Rumah-rumah kampung halaman Leman tidak menyediakan kamar bagi saudara laki-laki yang membawa istrinya. Sedangkan Poniem harus tinggal di mana selama mereka ada di kampung halaman Leman.
b.
Latar suasana
1)
Ramai
“Ramai dan riuh rendah orang di kebun”. Pada tanggal satu para pekerja mendapatkan upah bulanan. Para bekerja berlarian dari dalam kantor setelah mereka menerima gaji.
“Bertambah lama halaman itu bertambah ramai”. Setibanya Leman dan Poniem di kampung halaman Leman, semua sanak seudara Leman menyambut mereka dengan ramah.
“Ramai dan riuh rendah orang di kebun”. Pada tanggal satu para pekerja mendapatkan upah bulanan. Para bekerja berlarian dari dalam kantor setelah mereka menerima gaji.
“Bertambah lama halaman itu bertambah ramai”. Setibanya Leman dan Poniem di kampung halaman Leman, semua sanak seudara Leman menyambut mereka dengan ramah.
2)
Senang
“Bila hari telah malam dan kedai ditutup mereka duduk berdua berhadap-hadapan dengan muka yang penuh riang gembira”. Setelah kedai Leman tutup, mereka duduk berdua dengan hati yang gembira.
“Bila hari telah malam dan kedai ditutup mereka duduk berdua berhadap-hadapan dengan muka yang penuh riang gembira”. Setelah kedai Leman tutup, mereka duduk berdua dengan hati yang gembira.
3)
Menegangkan
“Hampir terjadi pergumulan hebat, tapi sebaik hendak bergumul selekas itu pula Suyono datang memisahkan”. Poniem dan Mariatun beradu mulut. Hampir saja mereka beradu fisik, namun dengan tanggapnya Suyono segera melerai mereka.
“Hampir terjadi pergumulan hebat, tapi sebaik hendak bergumul selekas itu pula Suyono datang memisahkan”. Poniem dan Mariatun beradu mulut. Hampir saja mereka beradu fisik, namun dengan tanggapnya Suyono segera melerai mereka.
c.
Latar Waktu
1)
Malam
a) “Setelah lepas pukul delapan, lenganlah tempat itu, tapi
mereka menunggu sampai pukul 12 atau pukul satu malam”.
b) “Bertambah larut hari bertambah asyiklah orang berjudi,...
“. Semakin malam keadaan pasar semakin ramai, banyak kuli yang berjudi.
“Apa yang akan abang bicarakan, katakanlah sekarng, hari sudah larut malam, kalau saya telat kembali kerumah marah Kang Mandur kepadaku”. Leman sedang berbicara kepada Poniem—kuli kontrak perempuan. Leman ingin berbicara penting dengan Poniem pada tanggal 18 sore di kedai.
“Bila hari telah malam dan kedai ditutup mereka duduk berdua berhadap-hadapan dengan muka yang penuh riang gembira”. Setelah kedai Leman tutup, mereka duduk berdua dengan hati yang gembira.
“Apa yang akan abang bicarakan, katakanlah sekarng, hari sudah larut malam, kalau saya telat kembali kerumah marah Kang Mandur kepadaku”. Leman sedang berbicara kepada Poniem—kuli kontrak perempuan. Leman ingin berbicara penting dengan Poniem pada tanggal 18 sore di kedai.
“Bila hari telah malam dan kedai ditutup mereka duduk berdua berhadap-hadapan dengan muka yang penuh riang gembira”. Setelah kedai Leman tutup, mereka duduk berdua dengan hati yang gembira.
2)
Sore
“Tanggal dua puluh dua sore..... Mereka telah bertemu kembali”. Poniem dan Leman bertemu kembali. Leman kembali menanyakan bagaimana keputusan Poniem atas niat baik Leman untuk menikahinya.
“Tanggal dua puluh dua sore..... Mereka telah bertemu kembali”. Poniem dan Leman bertemu kembali. Leman kembali menanyakan bagaimana keputusan Poniem atas niat baik Leman untuk menikahinya.
3)
Pagi
“Dari Siantar mereka meneruskan perjalanan sepagi itu dengan diam-diam, menuju Medan”. Poniem akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Leman. Mereka kabur dari Kang Mandur pagi-pagi menuju Medan. Poniem kabur membawa semua harta benda yang telah diberi oleh Kang Mandur.
“Dari Siantar mereka meneruskan perjalanan sepagi itu dengan diam-diam, menuju Medan”. Poniem akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Leman. Mereka kabur dari Kang Mandur pagi-pagi menuju Medan. Poniem kabur membawa semua harta benda yang telah diberi oleh Kang Mandur.
4.
Analisis amanat dalam novel merantau ke deli karya hamka
Amanat yang terkandung dalam Novel
Merantau ke Deli ini mengajarkan kita untuk tidak menyia-nyiakan sesorang yang mencintai
dan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk hidup dengan kita, dan menerima kita
apa adanya. Karena kita akan menyesal dan
merasa kehilangann. Seperti tokoh Leman yang
menyia-nyiakan Poniem. Leman lebih memilih menikah lagi dengan Mariatun
daripada setia menjaga perasaan istrinya.
Setelah Leman bercerai dengan Poniem dan jatuh miskin,
baru lah Leman menyesali perbuatannya dulu.