Rabu, 07 Oktober 2015

hujan kali ini, Aku sendiri

Sisa hujan masih merintik malam ini. Syahdu suaranya. Aku menggigil menahan semilirnya.
Kau tahu, ketiadaanmu benar-benar meluruhkan segalanya. Aku tak siap.
Aku tak mau menggigil sendiri malam ini. Tapi angin-angin kecil itu selalu menusuk belulang, sesak sekali.
 *** Aku tak mau menggigil sendiri malam ini, tapi aku juga tahu, bersamamu juga tak menghangatkan. Aku rasa hujan kali ini bukan gigilnya yang sejuk, bukan rintiknya, bukan anginnya yang menghantar bias.
Hujan kali ini pecahnya lebih keras terdengar saat jatuh di loteng-loteng yang menaungi lelap lalu mengalir merana. Garis-garisnya lebih kasar, padahal rintiknya reda, bahkan tinggal tetes.
Seperti tetes... Ah, tetes airmataku. Yang tangisnya teredam malam, yang sedihnya tak bertuan. Angin hujan yang hanya semilir mampu menyesakkanku. Hingga aku tak ingin berkata apa-apa, karena kusimpan sedikit nafas untuk mengucap syahadat.
Aku sendiri, hujan kali ini aku sendiri, yang menjadikan gigil ada disetiap tetesnya, karena kesendirian pula sejuk rintiknya mendekap. Aku sendiri, hujan turun beramai-ramai merintikku yang sepi, berjuta-juta tetes menggahi tubuhku yang tak seorang pun merasa kehilangan. Aku basah,
hujan kali ini, Aku sendiri

Tidak ada komentar: